Kenapa Kristen Banyak Aliran

Kenapa Kristen Banyak Aliran

Mengapa Ada Begitu Banyak Denominasi yang Berbeda?

Beberapa tahun yang lalu, ketika aku berada di luar kota untuk urusan bisnis dan tidak dapat menghadiri pertemuan gereja, namun kemanapun aku pergi, aku selalu menghadiri pertemuan gereja lokal, berdoa dan membaca firman Tuhan bersama saudara-saudariku di hari ibadah. Namun, ketika keluar dari gereja, aku sering didekati oleh para penanggung jawab (atau misionaris) dari masing-masing gereja tersebut bertanya kepadaku: "Saudara, berasal dari denominasi mana? Doktrin apa yang dipegang gereja Anda?" Mendengar ini, aku sering sedikit terkejut dan akan menjawab dengan mengatakan, "Aku percaya kepada Tuhan Yesus. Aku seorang Kristen, dan tidak termasuk dalam denominasi tertentu. Di bawah Tuhan, bukankah kita semua adalah bagian dari satu keluarga besar?" Namun, mereka sering menjawab, "Banyak gereja yang kacau akhir-akhir ini. Gereja kita adalah satu-satunya gereja yang benar, itu adalah gereja yang bersatu." Yang lebih membingungkan bagiku adalah ketika aku kembali ke gereja asalku dan, seperti biasa, pendeta menanyai aku tentang doktrin seperti apa yang aku dengar di gereja lain, aku menyampaikan pemahamanku, tetapi karena berbeda dengan yang mereka khotbahkan, kami akhirnya terlibat dalam pertengkaran besar, tidak peduli bagaimana kami berkomunikasi, kami tidak dapat mencapai kesepakatan, dan pada akhirnya pergi dengan kecewa. Dengan demikian, beberapa tahun telah berlalu, entah kemana aku pergi, aku melihat berbagai denominasi Kekristenan, bagaimana mereka menghakimi dan mengkritik satu sama lain, dengan demikian mengubah "rumah" menjadi "medan perang". Melihat semua ini, aku sering berpikir dalam hati, "Alkitab berkata, 'Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Tuhan dan Bapa dari semua, yang di atas segalanya, dan melalui semua di dalam kita semua' (Efesus 4: 5–6). Kita semua percaya pada Tuhan yang sama, membaca Alkitab dan firman Tuhan yang sama, jadi mengapa Kekristenan terpecah menjadi begitu banyak denominasi yang berbeda? Apa yang menjadi akar dari masalah ini? Manakah dari denominasi yang benar-benar sesuai dengan maksud Tuhan?" Didera oleh semua kebingungan ini, aku ingin segera mencari jawaban.

Pada Akhirnya, Semua Denominasi Akan Kembali Di Bawah Kekuasaan Tuhan

Selanjutnya, Saudara Yuan membacakan satu paragraf dari firman Tuhan: "Apa pun agamamu, pada akhirnya engkau semua akan tunduk di bawah kekuasaan Tuhan. Hanya Tuhan itu sendiri yang dapat melakukan pekerjaan ini; ini tidak dapat dilakukan oleh pemuka agama mana pun. Ada beberapa agama besar di dunia, dan masing-masing memiliki pemuka, atau pemimpinnya sendiri, dan para pengikutnya tersebar di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia; hampir setiap negara, baik besar maupun kecil, memiliki berbagai agama di dalamnya. Namun, sebanyak apa pun agama di dunia, semua orang di alam semesta pada akhirnya akan berada di bawah tuntunan satu Tuhan, dan keberadaan mereka tidak dituntun oleh pemuka atau pemimpin agama. Ini berarti, umat manusia tidak dituntun oleh pemuka atau pemimpin agama tertentu; sebaliknya, seluruh umat manusia dipimpin oleh Sang Pencipta, yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, dan juga yang menciptakan umat manusia—ini adalah fakta. Meskipun dunia memiliki beberapa agama besar, sebesar apa pun agamaitu, semuanya berada di bawah kekuasaan Sang Pencipta, dan tidak satu pun dapat melampaui cakupan kekuasaan ini. Perkembangan manusia, perubahan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan alam—masing-masing tak terpisahkan dari pengaturan Sang Pencipta, dan pekerjaan ini bukan sesuatu yang dapat dilakukan oleh pemimpin agama tertentu. Seorang pemimpin agama hanyalah pemimpin agama tertentu, dan tidak dapat merepresentasikan Tuhan, mereka juga tidak dapat merepresentasikan Dia yang yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Seorang pemimpin agama dapat memimpin semua orang yang berada dalam agama itu, tetapi tidak dapat memerintah semua makhluk ciptaan di kolong langit—ini adalah fakta yang diakui secara universal. Seorang pemimpin agama hanyalah sekadar seorang pemimpin dan tidak dapat disetarakan dengan Tuhan (Sang Pencipta). Segala sesuatu berada di tangan Sang Pencipta, dan pada akhirnya segalanya akan kembali ke tangan Sang Pencipta. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dan apa pun agamanya, semua orang akan kembali di bawah kekuasaan Tuhan—ini tak terelakkan. Hanya Tuhan-lah yang Mahatinggi di antara segala sesuatu, dan para penguasa tertinggi di antara semua ciptaan pun harus kembali di bawah kekuasaan-Nya. Setinggi apa pun status seorang manusia, manusia tersebut tidak dapat membawa umat manusia ke tempat tujuan yang sesuai, dan tak seorang pun mampu mengelompokkan segala sesuatu menurut jenisnya." ("Mengenal Tiga Tahap Pekerjaan Tuhan adalah Jalan untuk Mengenal Tuhan").

Saudara Yuan bersekutu dengan mengatakan, "Dari firman Tuhan kita dapat melihat bahwa tidak peduli berapa banyak denominasi yang ada di dunia, seberapa besar otoritas pemimpin mana pun dalam denominasi ini, atau berapa banyak orang yang mereka pimpin, mereka tidak memiliki otoritas untuk mengendalikan nasib manusia. Hanya Tuhan adalah Pencipta dan Penguasa umat manusia, dan tidak ada satu pun di seluruh alam semesta yang dapat lolos dari pengaturan Sang Pencipta. Semua manusia hidup di bawah kekuasaan Sang Pencipta. Pada akhirnya, orang percaya dari setiap denominasi harus mengikuti Sang Pencipta, kembali di bawah kekuasaan Tuhan, dan tunduk serta menerima bimbingan Kristus. Inilah gereja Kristen yang sejati. Denominasi yang diciptakan manusia hanya dapat mewakili pikiran manusia dan sama sekali tidak dapat membawa manusia ke tempat tujuan yang indah. Mereka semua pada akhirnya akan dihapus dan dihancurkan."

Persekutuan Saudara Yuan mengingatkanku akan perkataan Tuhan Yesus: "Dan Aku memiliki domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; mereka juga harus Kubawa, dan mereka akan mendengar suara-Ku; dan menjadi satu kawanan dengan satu gembala." (Yohanes 10: 16) Dari firman Tuhan kita dapat melihat, tidak peduli berapa banyak denominasi yang ada di gereja Kristen, mereka semua pada akhirnya harus datang ke hadapan Tuhan. Mereka semua harus dipersatukan dalam firman yang telah Kristus ungkapkan dan di bawah pengelolaan dan bimbingan satu Gembala. Ini benar-benar jalan di mana Roh Kudus membimbing kita. Di masa depan, tidak akan ada denominasi untuk dibicarakan. Tuhan pada akhirnya akan mempersatukan semua denominasi. Persekutuan ini benar-benar membuka mataku ke dunia baru. Aku tidak hanya belajar banyak, juga memahami akar penyebab munculnya semua denominasi yang berbeda dalam agama Kristen, menyadari bahwa denominasi muncul karena berbagai pemimpin ingin mengontrol dan memerintah orang percaya dan mencapai tujuan mereka untuk mendapatkan kekuasaan dan otoritas. Aku juga belajar bahwa gereja yang sejati adalah gereja yang dibimbing oleh Kristus dan Roh Kudus. Gereja seperti itu memiliki pekerjaan Roh Kudus dan sesuai dengan maksud Tuhan. Aku memperoleh cukup banyak keuntungan dari persekutuan hari ini dan merasakan banyak kenikmatan rohani. Terima kasih kepada Tuhan atas bimbingan-Nya! Aku akhirnya terbangun dan menyadari bahaya yang melekat dalam mengikuti orang-orang, aku mulai memahami mengapa agama Kristen memiliki begitu banyak denominasi yang berbeda dan akhirnya aku keluar dari ketidaktahuan dan kebingunganku. Aku bersedia untuk meninggalkan denominasi dan menemukan gereja sejati, yang memiliki tuntunan Kristus. Terima kasih kepada Tuhan!

Beberapa tahun silam, saya pernah berkunjung ke kota Langowan, Sulawesi Utara dalam rangka melaksanakan tugas dinas dari sinode (organisasi gereja) tempat saya bernaung. Hal menarik dari kota itu, banyaknya gereja yang ada di kota tersebut. Gereja-gereja itu berderet, berdampingan, berdekatan satu sama lain.

Kenapa ya, harus berdiri sendiri-sendiri seperti itu? Kok, tidak menjadi satu saja?

Lalu, ada lagi kasus teman saya yang menikah dengan pasangan yang tidak satu “merek” gereja. Ia harus mengikuti berbagai aturan yang disyaratkan oleh gereja calon pasangannya, agar bisa menikah.

Kok, ribet banget, ya? Mbok simpel aja. Baca janji nikah, trus selesai. Orang mau nikah kok dipersulit!

Nah, kasus dan pertanyaan-pertanyaan itu, sering kali muncul saat saya ngobrol dengan teman-teman, baik yang Kristen maupun lintas iman.

Menurut data yang disampaikan Dirjen Bimas Kristen Kementrian Agama RI, saat saya mengikuti pertemuan virtual bersama rekan-rekan pengurus gereja, per 2017, tercatat ada 326 sinode atau organisasi gereja Kristen Protesten di Indonesia. Wah! Mengapa gereja Kristen Protestan ada banyak banget?

Ya, keragaman gereja Kristen Protestan, utamanya disebabkan adanya perbedaan aliran-aliran gereja. Di Kristen Protestan, ada aliran Lutheran, Calvinis, Anabaptis (Menonite), Metodis, Pentakosta, Kharismatik, Advent, dll. Masing-masing aliran memiliki ciri khas masing-masing. Kekhasan ciri tersebut, umumnya adalah hasil dari protes, yang kemudian berujung pada “revisi” atau penambahan dari aliran sebelumnya. Kayak skripsi aja.

Aliran Lutheran, umumnya berpatokan pada ajaran tokoh mereka, Marthin Luther, yang terkenal dengan semboyan sola fide (hanya oleh iman), sola gratia (hanya oleh anugrah), sola scriptura (hanya oleh firman). Contoh gereja Lutheran di Indonesia adalah HKBP dan GLI (Gereja Lutheran Indonesia).

Johannes Calvin, kemudian melengkapi ajaran Marthin Luther dengan berbagai penambahan di sana sini. Pemikiran Calvin tertuang di salah satu buku babon kekristenan, Institutio. Gereja beraliran Calvinis memiliki banyak pengikut di Indonesia. Beberapa di antaranya, GKI, Gereja Reformed Injili Indonesia, dan gereja-gereja suku, seperti GMIT, dll.

Marthin Luther di Jerman, Johannes Calvin dan Huldrych Zwingli di Swiss, menjadi ikon reformasi gereja di masa itu.

Selanjutnya, Konrad Grebel dan Felix Sanz memimpin gerakan yang memprotes prosesi baptisan anak. Inilah cikal bakal aliran Anabaptis (kaum Menonite). Protes terhadap kelompok mapan tersebut terus meruncing hingga mengakibatkan konfrontasi yang hebat. Bahkan sempat terjadi penganiayaan terhadap kelompok Anabaptis. GKMI (Gereja Kristen Muria Indonesia) menjadi contoh gereja beraliran Anabaptis (Menonite).

Kemudian, pencerahan yang dialami seorang tokoh bernama John Wesley, menjadi awal mula adanya gereja beraliran Metodis (Wesleyan). Adanya “gerakan kesucian” di zaman itu, membuat orang Kristen tidak puas dengan praktik ibadah yang hanya “begitu-begitu saja”. Mereka ingin menghidupi laku imannya dengan lebih mendalam. Para pengikut aliran ini berkumpul secara berkelompok, saling berbagi kisah hidup, dan saling mengaku dosa. Mereka memiliki keteraturan dalam menjalankan laku spiritualnya. Itu sebabnya, mereka dinamakan Metodis, sesuai dengan metode yang disepakati bersama. Gereja Metodis masih eksis sampai saat ini. Waktu berkuliah di Jogja, saya memiliki teman yang berjemaat di Gereja Metodis.

Selepas itu, muncul aliran Pentakosta yang menekankan pentingnya peran Roh Kudus dalam kehidupan orang Kristen. Tanpa bantuan Roh Kudus, sebagus apa pun metode laku spiritual seseorang, ia pada akhirnya tak akan mampu hidup sesuai kebenaran (firman Tuhan). Ciri khas dari pengikut aliran ini adalah tata ibadah yang tidak kaku, nyanyian (puji-pujian) yang dinyanyikan dengan ekspresif, dan bahasa roh sebagai tanda seseorang dipenuhi Roh Kudus (topik ini yang sering diperdebatkan sekaligus dipergunjingkan oleh penganut aliran lain). Gereja beraliran Pentakosta cukup banyak tersebar di Indonesia. GPdI (Gereja Pantekosta di Indonesia), GPPS (Gereja Pantekosta Pusat Surabaya), GP (Gereja Pantekosta) adalah beberapa contohnya.

Rupa-rupanya, selepas Pentakosta, masih muncul lagi aliran bernama Kharismatik. Bagi mereka, Pentakosta tidak cukup untuk mengakomodasi karunia-karunia (charisma) Roh Kudus di tengah peribadatan. Mereka begitu menekankan penggunaan karunia-karunia Roh Kudus sebagai kelengkapan bagi umat Tuhan. Itu sebabnya, gereja beraliran Kharismatik cukup getol dengan ibadah-ibadah semacam KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) Kesembuhan Ilahi, baik di gereja maupun di lapangan terbuka. Contoh gereja beraliran kharismatik adalah GBI (Gereja Bethel Indonesia), GMS (Gereja Mawar Sharon), JKI (Jemaat Kristen Indonesia), dll.

Selain aliran-aliran tersebut, ada juga pengkategorian aliran berdasarkan ke-saklek-an dalam memahami dan menghidupi teks Injil. Ada kelompok Injili (Evangelical) ada juga (kalau boleh dikatakan) kelompok yang lebih liberal. Perbedaan Injili dan liberal, dapat terlihat dari sikap saat menghadapi isu-isu sensitif, seperti aborsi, LGBT, euthanasia, dll.

Untuk konteks gereja di Amerika, orang dapat dengan mudah mengkategorikan golongan liberal dan evangelikal. Sedangkan untuk konteks Indonesia, pemisahan tidak dapat dilakukan secara jelas, seperti aliran-aliran yang kita bahas sebelumnya. Gereja di Indonesia yang tergolong sebagai kelompok Injili, contohnya adalah Gereja Baptis Indonesia dan banyak gereja lain. Sementara, untuk kelompok liberal, sangat bergantung dari sang pemimpin gereja. Bisa saja gerejanya tergolong Injili, tapi pemimpinnya berpikir secara liberal.

Masih ada juga pengkategorian aliran berdasarkan hal-hal lain. Misalnya, Gereja Advent yang begitu mementingkan hari Sabat (hari ketujuh). Ibadah mereka, biasanya dilaksanakan di hari Sabtu. Gereja Masehi Hari Ketujuh menjadi contoh gereja beraliran Advent. Lalu, ada juga Gereja Anglican, gereja yang diinisasi oleh Kerajaan Inggris, gegara memisahkan diri dengan Gereja Katolik di zaman dahulu. Di Indonesia, gereja ini disebut juga dengan Gereja Inggris.

Adanya pencerahan-pencerahan baru, pemikiran dari tokoh-tokoh yang berpengaruh, situasi sosial politik, serta berbagai faktor lain dapat menjadi sebab bagi timbulnya beragam aliran di gereja Kristen Protestan. Meski secara iman, tak ada yang berbeda, tetap saja ada hal-hal prinsipil, yang tak dapat diseragamkan. Semangat berani mengungkapkan perbedaan pikiran dari para tokoh ini, menurut saya, menjadi ciri khas dari Protestan. Lha iya, wong namanya saja sudah Protestan, kalau ada hal yang dirasa kurang pas, pasti akan protes. Kalau sudah protes dan masih tidak puas, bisa-bisa ada aliran baru lagi.

Jadi, ya jangan heran, kalau sesama orang Kristen mau pacaran, sering ditanya dulu, “Eh iya, gerejamu namanya apa?” Rupa-rupanya, demi menghindari keribetan di sana-sini. Ternyata, seiman saja memang tak cukup, perlu sealiran pula. Bhaaa….

Terakhir diperbarui pada 15 September 2021 oleh Audian Laili

Mengapa ada begitu banyak denominasi Kristen?

perlu baca sejarah kekristenan deh brow HERYANTO587.

ini daftar acuan yg bisa kamu baca baik di internet maupun buku hardcopy.

banyaknya dedominasi gereja diawali dengan gerakan reformasi diprakarsai oleh Marthin Luther di Jerman 500 thn yg lalu. Gereja mula-mula adalah gereja katolik Roma. Gerakan reformasi menimbulkan gerakan yg mengngikan orang2 kristen zaman itu membaca Alkitab secara individual atau komunal (dulu Alkitab dibaca oleh pemimpin gereja atau rohaniawan gereja katolik).

Reformasi juga memunculkan toko/bapa2 gereja selain Luther ada juga John Wesly, Calvin, dll.

para filsuf di era pencerahan abad ke 18 juga mewarnai sejarah kekristenan.

dari reformasi muncul gerakan-gerakan pembaruan pencerahan, sampai misionaris, dan pada akhirnya kita mengenal kekristenan yg ada saat ini.

sedangkan core aliran kekristenan adalah: lutheran, calvinist, injili, pentakosta, methodist, katolik roma.

dari core aliran tersebut muncul HKBP, GPIB, GKJ, GKI, dll.

Nah, kalo kamu tidak suka membaca kamu bisa melihat videonya/filmnya yg sudah dijula bebas di toko buku rohani. Videonya seperti serial National Geo.

Shalom buat para anggota JK. Terutama buat suhu / hamba Tuhan.

Ada pertanyaan dalam benak saya, kenapa gereja terdiri dari banyak denominasi ?

Padahal ALKITAB cuman 1 ?

Buat saya seolah2 gereja tidak bersatu, lu lu gua gua.

Saya saat ini gereja di GBI dan tidak tau sama sekali apa beda nya sama denominasi yang saya sebutkan diatas.

Makasih atas tanggapan nya ( Barangkali bisa bantu jawab saya yang bodoh ini )

Catatan Editor: Saudara-saudari terkasih, damai sejahtera bagi Anda semua! Sejak saat Tuhan Yesus dibangkitkan dari kematian dan naik ke surga dua ribu tahun yang lalu hingga saat ini, orang-orang yang percaya kepada Tuhan telah terpecah menjadi lebih dari dua ribu denominasi yang berbeda. Banyak orang merasa ini membingungkan—semua orang yang percaya kepada Tuhan membaca Alkitab yang sama, semua mengagumi keselamatan Tuhan di kayu salib, dan semua berjalan di jalan salib yang telah Tuhan buka untuk orang-orang percaya-Nya, jadi mengapa ada begitu banyak denominasi yang berbeda? Baca terus untuk menemukan jawabannya.

Alasan Bahwa Kekristenan Telah Terpecah Menjadi Denominasi Yang Berbeda Adalah Karena Diperintah oleh Manusia

Saudara Yuan melanjutkan, dia berkata, "Saat ini, siapa pun yang memiliki ketajaman dan pemahaman yang benar tentang kebenaran akan mengamati bahwa sebagian besar kuasa dan otoritas di gereja Kristen ada di tangan orang. Para pemimpin gereja mengklaim bahwa mereka percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, tetapi di balik layar mereka melakukan pengelolaan sendiri. Mereka mengajar orang percaya menurut pemahaman mereka yang salah dan keliru tentang kitab suci, seolah-olah apa yang mereka ajarkan adalah firman Tuhan. Mereka bahkan menyebarkan segala macam teori konyol untuk menipu orang percaya dengan tujuan akhir untuk mengendalikan lebih banyak orang dan mengikat mereka di bawah wilayah kekuasaan otoritas mereka. Mengenai aspek ini, catatan pekerjaan Tuhan dapat membuktikan hal ini. Di Zaman Hukum Taurat, ketika Tuhan menggunakan Musa secara langsung untuk membimbing orang Israel, saat itu Musa menetapkan urutan imam. Para imam secara pribadi dibimbing oleh Tuhan, dan orang-orang Israel patuh dan tunduk. Siapa pun yang melawan kehendak Tuhan harus menghadapi hukuman atau api surga. Misalnya, ketika 250 pemimpin melawan Musa dan mencoba menempuh jalan mereka sendiri, Tuhan membuat mereka ditelan bumi. Ketika pekerjaan Musa telah selesai dan tidak ada lagi seorang pun di bumi yang dipakai oleh Tuhan untuk membimbing orang Israel secara langsung, para imam mulai ditunjuk melalui pemilihan. Dunia agama Yahudi sering mengalami pergolakan karena imam yang dipilih salah dan secara bertahap menjadi rusak dan merosot. Selama tahap terakhir Zaman Hukum Taurat, tidak ada imam yang mendapatkan bimbingan Tuhan, mereka melakukan kejahatan tanpa disiplin oleh Tuhan sehingga orang-orang membentuk kelompok dan denominasi, dan bait suci telah menjadi sarang penyamun. Dengan cara ini, banyak denominasi yang berbeda terbentuk. Sekali lagi, di Zaman Kasih Karunia, ketika Tuhan Yesus berinkarnasi dalam daging untuk melakukan pekerjaan-Nya, Dia secara pribadi memilih dua belas rasul dan Roh Kudus melakukan pekerjaan besar di dalam diri mereka. Para rasul juga dapat melaksanakan otoritas Tuhan dan semua orang yang mengikuti Tuhan digembalakan dan dibimbing oleh mereka yang telah ditetapkan Tuhan secara pribadi. Tidak ada yang berani bertindak berdasarkan motif egois atau pertimbangan pribadi dan semuanya menyembah Tuhan di bawah bimbingan Roh Kudus. Dengan demikian, gereja yang benar dibentuk dan tidak ada denominasi untuk dibicarakan. Lebih dari tiga puluh tahun setelah kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga, sebagian besar rasul telah meninggal dalam pelayanan sehingga gereja di bumi kehilangan penggembalaan dan bimbingan para rasul yang ditetapkan secara pribadi oleh Tuhan. Karena orang-orang memiliki banyak penafsiran yang berbeda tentang Alkitab dan karena orang-orang sombong dan angkuh, selalu berpegang pada pandangan mereka sendiri, semua jenis denominasi yang berbeda terbentuk dan terus berkembang hingga hari ini. Dengan demikian, sudah ada lebih dari dua ribu denominasi dalam agama Kristen. Jadi, ketika kita tidak memiliki tuntunan pribadi Tuhan, dan kita tidak memiliki Tuhan di hati kita, kita akan membesarkan diri kita sendiri, dan bekerja serta bertindak menurut pikiran kita sendiri. Tanpa disadari, kita perlahan-lahan mengambil jalan kita sendiri, melakukan segala macam hal yang tidak sesuai dengan Kristus seakan-akan hal itu bukan apa-apa. Inilah kemalangan yang diciptakan oleh mereka yang melayani Tuhan yang bertindak sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan menempuh jalan yang salah. Jika dalam percaya kepada Tuhan dan mengikuti-Nya, kita tidak mampu mengambil firman Kristus sebagai otoritas tertinggi dalam segala hal, dan tidak mencari serta tunduk pada pekerjaan Roh Kudus, maka kita akan menjadi orang-orang yang menentang Tuhan. Ini adalah sumber dari penentangan manusia terhadap Tuhan ketika manusia melayani Tuhan, dan merupakan alasan mengapa Kekristenan telah terpecah menjadi begitu banyak denominasi yang berbeda."

Persekutuan Saudara Yuan seperti ini, aku pertama kali mendengarnya. Ternyata, pembentukan denominasi Kristen diprakarsai oleh orang-orang belaka. Apa yang dikatakan dan dilakukan oleh para pemimpin denominasi tidak berasal dari tuntunan Roh Kudus. Terlebih lagi, sifat manusia sangat arogan dan angkuh, masing-masing berpegang teguh pada pemahamannya sendiri, mempraktekkan dengan caranya sendiri dan, dengan demikian, denominasi telah berkembang dan berlipat ganda. Maka, tidak mengherankan jika denominasi yang berbeda saling menyerang dan menolak dan kemanapun aku pergi, aku dapat melihat ekspresi yang defensif dari para pendeta gereja. Ini karena mereka sudah lama memperlakukan rumah Tuhan sebagai milik pribadi mereka. Mereka telah menjadi pelayan yang jahat. Namun, dalam dua ribu tahun, siapa yang dapat melihat semua ini dengan jelas? Hal ini mendorong aku untuk mengingat sesuatu yang Tuhan katakan: "Karena bangsa ini mendekati Aku dengan mulutnya, dan menghormati Aku dengan bibirnya, tetapi hatinya telah menjauh dari Aku, dan ibadahnya terhadap Aku diajarkan oleh manusia." (Yesaya 29:13) Beberapa kata ini mengejutkan aku hingga sadar! Ternyata, aku telah tertipu oleh penampilan luar yang saleh dari berbagai pemimpin denominasi. Seolah-olah aku telah dipenjara tanpa menyadarinya. Ketika aku menyadari semua ini, aku tiba-tiba berpikir: Mengingat bahwa berbagai denominasi ini tidak memiliki otoritas Kristus dan Roh Kudus, mengapa begitu banyak orang masih mendukung dan mengikuti mereka?

Asal Usul dan Perkembangan Kekristenan

Kemudian, aku bertemu dengan seorang misionaris bernama Saudara Yuan di rumah seorang kerabat dan berdiskusi dengannya di mana aku menceritakan semua kebingungan yang telah mengganggu aku selama bertahun-tahun. Ketika aku bertanya apa yang menjadi akar perpecahan Kekristenan menjadi begitu banyak denominasi yang berbeda, Saudara Yuan menjelaskan asal-usul dan perkembangan Kekristenan kepadaku. Dia berkata, "Kekristenan muncul pada abad pertama Masehi dan menyebar luas di Kekaisaran Romawi lebih dari 300 tahun setelah Tuhan, di mana pada saat itu berkembang menjadi Katolik. Akhirnya, karena beberapa revolusioner agama serta kesatuan gereja dan Katolik tidak setuju dengan doktrin, ritual, kepemimpinan dan struktur organisasi Gereja Katolik Roma pada waktu itu, reformasi agama terjadi dan kemudian Protestanisme muncul. Seiring berjalannya waktu, banyak denominasi yang berbeda mulai bermunculan. Konsepsi orang-orang yang berbeda-beda mendorong perbedaan pendapat di dalam gereja. Diikuti dengan pengaruh geografi, sejarah dan budaya, yang menyebabkan masing-masing denominasi mengembangkan interpretasi kitab suci yang berbeda, dan di antara orang-orang percaya, juga ada banyak perbedaan sudut pandang. Hal ini menyebabkan pembentukan doktrin yang berbeda di antara denominasi yang berbeda. Inilah akar penyebab munculnya begitu banyak denominasi yang beragam. Sebenarnya, dalam banyak kasus, munculnya begitu banyak denominasi baru sebagian besar disebabkan oleh orang-orang yang mencoba memecah belah gereja demi mengejar ambisi dan keinginan pribadi mereka. Dalam beberapa kasus, denominasi baru juga muncul ketika orang mengembangkan interpretasi baru dari kitab suci dan memiliki ide-ide baru, membuat mereka berpisah dari gereja yang ada dan memulai cabang mereka sendiri yang terpisah. Inilah alasan mengapa Kekristenan secara keseluruhan berada dalam kekacauan seperti itu dan ada begitu banyak pertikaian tanpa henti di antara berbagai denominasi."

Persekutuan Saudara Yuan tampaknya sangat masuk akal, jadi aku terus mendengarkan.

Mengapa Setiap Denominasi Memiliki Banyak Pengikut

Setelah aku menyuarakan kebingunganku, Saudara Yuan melanjutkan persekutuan, dengan mengatakan: "Para pemimpin dari setiap denominasi adalah orang-orang yang memiliki karunia dan kualitas. Sebagian besar dari mereka pernah bersekolah di sekolah teologi, mahir menganalisis dengan kecerdasan mereka, memiliki pengetahuan tentang penelitian Alkitab, dapat menguraikan berbagai teori yang muluk-muluk, dan unggul dalam menafsirkan kitab suci di luar konteks, ditambah mereka semua adalah penipu ulung, sehingga orang-orang telah ditipu oleh perbuatan baik eksternal dan khotbah tinggi mereka. Tanpa disadari, para pemimpin ini telah mengambil tempat di hati orang percaya dan menggantikan posisi Tuhan. Apa pun situasi yang dihadapi orang percaya dalam hidup mereka, mereka selalu mendatangi para pemimpin ini untuk mencari penyelesaian. Para pengikut ini tidak memiliki kebenaran sehingga mereka tidak mampu membedakan apakah para pemimpin ini memiliki pekerjaan Roh Kudus, apakah khotbah mereka mengandung pencerahan dan penerangan Roh Kudus dan apakah pekerjaan mereka memiliki penegasan dari Roh Kudus. Mereka hanya mengikuti para pemimpin secara membabi buta, memuja yang berkuasa dan berbakat, dan menjadikan para pemimpin ini sebagai idola mereka. Dengan demikian, mereka menjadi orang-orang yang secara lisan mengaku percaya kepada Tuhan tetapi mengikuti manusia biasa. Tuhan Yesus berkata, "Biarkan mereka sendiri, mereka adalah orang buta yang memimpin orang buta. Dan jika orang buta memimpin orang buta, keduanya akan terperosok ke dalam parit" (Matius 15:14). Dan firman Tuhan berkata, "Lihatlah para pemimpin setiap denominasi. Mereka semua congkak dan merasa benar sendiri, dan mereka menafsirkan Alkitab di luar konteks dan sesuai dengan imajinasi mereka sendiri. Mereka semua bergantung pada karunia dan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan mereka. Jika mereka tidak mampu berkhotbah, akankah orang-orang itu mengikuti mereka? Bagaimanapun, mereka memang memiliki suatu pengetahuan dan dapat berbicara sedikit tentang doktrin, atau tahu bagaimana merebut hati orang lain dan bagaimana menggunakan beberapa kelicikan, yang melaluinya mereka telah membawa orang ke hadapan mereka sendiri dan menipu mereka. Secara teori, orang-orang itu percaya kepada Tuhan—tetapi pada kenyataannya mereka mengikuti para pemimpin mereka. … Manusia itu congkak dan sombong serta tidak memiliki Tuhan di dalam hati mereka. Dengan sedikit pemahaman yang bersifat doktrin, mereka memulai sesuatu secara independen, yang membawa pada pembentukan banyak denominasi." ("Hanya Pengejaran Kebenaran merupakan Kepercayaan yang Sejati kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Memikirkan kembali orang-orang Farisi, mereka ahli dalam hukum Taurat, fasih dalam Alkitab dan telah melayani Tuhan di bait suci dari generasi ke generasi. Terlebih lagi, pakaian yang mereka kenakan bertuliskan kitab suci, mereka sengaja berdiri di sudut-sudut jalan melakukan doa panjang, dan bersedekah di pasar jalanan yang ramai sehingga semua bisa melihat, dan membuat diri mereka terlihat sangat sedih ketika mereka berpuasa, agar semua orang tahu bahwa mereka sedang berpuasa—inilah cara mereka memperkenalkan diri kepada semua orang. Dengan cara ini, mereka membuat orang Yudea percaya bahwa mereka adalah hamba-hamba Yahweh yang paling saleh. Namun, ketika Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan-Nya, orang-orang Farisi ini tidak dapat membedakan bahwa pekerjaan-Nya adalah pekerjaan Roh Kudus, tidak menerima inkarnasi Kristus, dan tidak percaya bahwa kebenaran datang dari Kristus. Sebaliknya, untuk melindungi otoritas dan mata pencaharian mereka, dan untuk mencapai tujuan kekuasaan abadi mereka atas orang, mereka dengan gila-gilaan menentang dan mengutuk Tuhan Yesus, menyebarkan desas-desus palsu untuk menjebak dan menghujat Tuhan Yesus dan akhirnya bersekongkol dengan pemerintah Romawi untuk menyalibkan Tuhan Yesus, sehingga menyinggung watak Tuhan dan membuat mereka mendapatkan kutukan dan hukuman Tuhan. Karena orang-orang Yudea yang mengikuti orang-orang Farisi tidak memiliki kebenaran dan menyembah kuasa serta status, mereka tidak mencari atau menyelidiki pekerjaan dan firman Tuhan Yesus, tetapi secara membabi buta mengikuti orang-orang Farisi untuk menentang dan mengutuk Tuhan Yesus. Untuk ini, mereka kehilangan keselamatan Tuhan, dikutuk oleh Tuhan, dibantai oleh orang Romawi dan keturunan mereka dibiarkan berkeliaran di dunia selama hampir dua ribu tahun. Ini adalah konsekuensi serius dari menyembah dan mengikuti manusia biasa!" Setelah mendengar ini, aku akhirnya mengerti mengapa begitu banyak orang mengikuti setiap denominasi yang berbeda. Jika kita tidak memiliki kebenaran, tidak dapat membedakan, dan tidak dapat melihat realitas berbagai hal, kemungkinan besar kita akan mengikuti orang ke jalan yang salah!

Anda mungkin ingin melihat